Kamis, 14 Oktober 2010

cara Promosi

Konsep promosi paling sederhana dengan jalan mendatangi tempat-tempat keramaian terus berkembang, seiring dengan semakin tajamnya naluri pedagang. Sehingga, pada kesempatan-kesempatan keramaian apapun, seperti pertunjukan, kenduri dan pesta-pesta perkawinan, upacara-upacara kenegaraan atau keagamaan, kegiatan olehraga dan sebagainya, pedagang selalu muncul menjajakan dagangannya. Bahkan pada kasus-kasus ekstrim sebagai dampak persaingan ketat, lampu-lampu lalu lintas dijalan raya pun tidak luput dari aktivitas pedagang yang menawarkan produknya pada penumpang-penumpang kendaraan saat menunggu giliran lampu hijau.

Promosi dengan mendatangi tempat calon pelanggan, berkembang dengan berbagai variasi. Biar bagaimanapun, pasar memiliki keterbatasan, seperti misalnya dari segi waktu, aktivitas pasar mencapai puncak hanya pada pagi sampai siang hari. Selain itu, orang-orang yang sibuk banyak yang tidak sempat datang kepasar. Maka, pedagang-pedagang tertentu berinisiatif mendatangi calon konsumen, dengan jalan berkeliling masuk kampung keluar kampung, masuk komplek keluar komplek untuk menawarkan dagangannya.

Dengan demikian, konsumen, terutama di Indonesia, sebenarnya termanjakan dengan keadaan ini, karena kebutuhan apa pun bisa didapat dimana saja, baik dipasar maupun dirumah.
Pengusaha-pengusaha kelas menengah dan atas, dengan kemampuannya bisa mendirikan toko-toko besar, atau pusat-pusat perbelanjaan yang fungsinya sudah sama saja dengan pasar tradisional. Disini, sarana promosi sudah lebih ditingkatkan dengan adanya merek-merek dan billboard ukuran besar, dihiasi dengan lampu-lampu warna-warni yang menarik hati serta ditambah keramaian suara musik campur aduk menjadi satu. Brosur dan selebaran juga sudah lumrah digunakan, antara lain untuk memberitahukan program-program promosi berhadiah. Disektor penjualan barang-barang industri dan jasa, keadaan agak berbeda. Orang tidak membutuhkan toko, akan tetapi mendirikan kantor. Kantor tidak identik dengan sarana promosi, walaupun dalam skala lebih kecil, unsur itu ada. Kantor juga tidak perlu berada dipasar yang hiruk pikuk dengan keramaian. Pengusaha "kantoran" dalam berpromosi lebih banyak menggunakan sarana-sarana lain seperti pembuatan brosur, surat-surat perkenalan usaha, proposal, iklan dimedia masa dan sebagainya. Sebenarnya, ada suatu mekanisme promosi yang bisa dianggap paling ampuh dan paling jujur, diantara kesemua cara berpromosi yang ada. Mekanisme itu adalah promosi "dari mulut-kemulut". Yang dimaksud adalah, informasi tentang keberadaan suatu produk bermutu, beredar dari pembicaraan orang keorang lainnya secara beranting, sampai meliput suatu jumlah yang besar.

Dengan demikian, produk unggul tersebut dicari orang karena pergerakan informasi yang bergerak dengan sendirinya secara alami.
Promosi jenis ini, memang sangat ampuh, dan mempunyai beberapa manfaat sekaligus, yang tidak bisa didapat dari jenis promosi lainnya. Pertama, promosi tersebut bebas biaya alias gratis. Sebab, informasi berawal dari pembicaraan seorang pelanggan yang merasa puas dengan sebuah produk , lalu menyampaikannya secara sukarela kepada orang-orang lain. Orang lain pun, yang telah membuktikan kebenaran cerita itu, meceritakannya lagi kepada orang lain, demikian seterusnya, sehingga lama kelamaan berita tentang hadirnya produk dimaksud dengan segala keistimewaannya menyebar luas dikalangan masyarakat. Banyak contoh tentang keampuhan promosi gratis ini, misalnya di Jakarta pernah sangat populer sebuah warung nasi yang dikenal sebagai "Nasi uduk Cikini". Warung jalanan berukuran kecil tersebut amat terkenal kelezatannya, sehingga siang malam selalu dipenuhi pengunjung yang bahkan banyak diantaranya antri sambil berdiri. Pengunjungnya pun bukan hanya terdiri dari orang-orang kecil, akan tetapi banyak sekali orang-orang berpunya yang datang kesana mengendarai mobil-mewah. Hal yang sama juga dialami oleh beberapa usaha lainnya, seperti Es Teler `77, Bakmi Gang Kelinci, Sate Nyonya Cirebon, Ayam Berkah dan lain-lain. Bahkan, seorang penata rambut kondang, Rudy Hadisuwarno juga mengakui kehebatan promosi mulut kemulut yang pernah dialaminya sendiri waktu masih merintis usahanya, seperti yang diceritakannya pada buku otobiografinya. Apa rahasia dibalik promosi mulut kemulut, sampai mereka yang mengalaminya begitu diuntungkan tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun ? Tidak lain adalah mutu.

Mutu menentukan kepuasan dan kepuasan menentukan segalanya. Orang tidak keberatan membayar lebih demi mutu, rela mempromosikannya secara gratis keorang lain, bahkan rela antri menunggu giliran berlama-lama sekadar untuk menikmati sepiring nasi uduk dipinggir jalan. Dan promosi beranting ini merupakan jenis yang paling jujur, yang orang merasa pasti akan kebenarannya karena yang berbicara bukanlah sipenjual, melainkan pembeli. Maka tidak heran kalau pada beberapa restoran dan unit usaha lain, penulis sering menyaksikan adanya slogan ditempel didinding dengan tulisan : "Bila Anda puas, beritahu teman, kalau Anda tidak puas beritahu kami."
Fanatisme pelanggan yang telah amat mendalam, menyebabkan seseorang begitu setia dan mencintai produk bagai mencintai kekasihnya, sehingga rela membeli lebih mahal, rela mencari ditempat yang jauh serta rela menunggu lama sebelum mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kunci dari semua itu hanyalah mutu, dalam artian tinggi kualitas barangnya, memuaskan pelayanannya, lezat cita rasanya, menarik bentuk rupanya, terjamin kesehatannya serta segala macam istilah positif lainnya sesuai dengan jenis produk yang diperdagangkan. Satu hal yang perlu diingat oleh para usahawan, bahwa sebagaimana telah disinggung dibagian atas, promosi dari mulut kemulut adalah iklan yang paling jujur didunia ini. Suatu sarana promosi yang hanya mungkin diperoleh, apabila produsen juga jujur dalam menjaga mutu produknya. Mengacu kepada hal itu, maka dalam menyelenggarakan program-program promosi, apakah itu melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid, atau media elektronik seperti televisi and radio, brosur, selebaran, billboard atau apa saja, mutu harus dijadikan landasan utama.

Sekali pelanggan kecewa akibat tidak sesuainya informasi yang disampaikan melalui program promosi dengan yang sebenarnya ada pada produknya sendiri, maka jangan harap masyarakat akan mau setia kepada produk tersebut, dan lebih jauh, jangan harap "citra produk" bisa terbentuk seperti produk-produk lain yang telah lebih dahulu sukses.

http://ceds.ui.or.id/forums/showthread.php?p=67

Tidak ada komentar:

Posting Komentar